II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi
antara permukaan padat dengan fluida yang mengalir di sekitarnya, dengan
menggunakan media penghantar berupa fluida (cairan/gas) karena perbedaan suhu
di antara keduanya (benda-fluida).
a. Konveksi Alami Perpindahan panas
konveksi alami adalah perpindahan panas yang disebabkan oleh beda suhu dan beda
rapat saja dan tidak ada tenaga dari luar yang mendorongnya. Contohnya yaitu
pelat panas dibiarkan berada di udara sekitar tanpa ada sumber gerakan dari
luar.
b. Konveksi Paksa Konveksi paksa
adalah perpindahan panas aliran gas atau cairan yang disebabkan adanya tenaga
dari luar. Contohnya adalah pelat panas dihembus udara dengan kipas/blower
(Umrowati dkk, 2011).
2.2
Area
Sebaran Panas
Panas yang terjadi akan mengalami perpindahan secara
konduksi, untuk melakukan analisa terhadap hal tersebut maka yang perlu
diperhatikan adalah menentukan daerah temperature media/material yang
dihasilkan dari kondisi batas tertentu. Oleh karena itu, perlu diketahui
distribusi temperature yang
menunjukkan bagaimana variasi temperatur sesuai fungsi posisi pada suatu
medium. Konduksi flux pada titik tertentu atau permukaan suatu medium dapat
ditentukan dengan menggunakan hukum Fourier, apabila distribusi temperaturnya
sudah diketahui. Distribusi temperatur pada benda pejal dapat digunakan untuk
menganalisa besarnya thermal stress,
ekspansi dan defleksi struktur. Pada proses pengelasan dihasilkan siklus panas
yang sangat rumit pada lasan. Siklus panas ini menyebabkan perubahan struktur
mikro material pada daerah sekitar lasan (heat-affected
zone) dan transient thermal stress, hingga akhirnya tercipta tegangan sisa (residual stress) dan perubahan bentuk
(distorsi). Sebelum menganalisa permasalahan ini, harus dilakukan analisa pada
aliran panas (heat flow) selama
proses pengelasan (Setyawati, 2016).
2.3
Pemuaian pada Zat Padat
a.
Muai Panjang
Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran
panjang suatu benda karena menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar
dan tebal sangat kecil dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut.
Sehingga lebar dan tebal dianggap tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami
pemuaian panjang saja adalah kawat kecil yang panjang sekali. Pemuaian panjang
suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang awal benda,
koefisien muai panjang dan besar perubahan suhu. Koefisien muai panjang suatu
benda sendiri dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan. Secara matematis
persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan panjang benda setelah
dipanaskan pada suhu tertentu adalah pemuaian. Pemuaian terjadi ketika zat
dipanaskan (menerima kalor), partikel-partikel zat bergetar lebih cepat
sehingga saling menjauh dan benda memuai. Sebaliknya, ketika zat didinginkan
(melepas kalor) partikel-partikel zat bergetar lebih lemah sehingga saling
mendekati dan benda menyusut (Anwar, 2004).
b.
Muai Luas
Pada
logam yang berbentuk lempengan tipis (segiempat, segitiga, atau lingkaran),
ukuran volume dapat diabaikan. Ketika lempengan tersebut mendapat pemanasan,
maka dapat diamati hanya pemuaian luasnya saja. Dengan kata lain, zat padat
tersebut mengalami muai luas. Muai luas dapat diamati pada kaca jendela, pada
saat suhu udara panas, dan suhu kaca menjadi naik sehingga terjadi pemuaian,
maka kaca memuai lebih besar daripada pemuaian bingkainya, akibatnya kaca
terlihat terpasang sangat rapat pada bingkai. Benda yang mengalami muai luas
akan menjadi lebih besar daripada semula. Pemuaian yang terjadi pada sebuah
benda padat jika ketebalannya jauh lebih kecil dibandingkan panjang dan
lebarnya, maka yang terjadi adalah muai luas. Pertambahan luas suatu zat bila
dipanaskan akan:
a.
Berbanding lurus dengan luas mula-mula
b.
Berbanding lurus dengan perubahan suhu
c.
Bergantung dari jenis zat
c.
Muai Volume
Jika
benda yang kita panaskan berbentuk balok, kubus, atau berbentuk benda pejal
lainnya, muai volumlah yang harus kita perhatikan (paling dominan). Pertambahan
volume suatu zat yang dipanaskan, secara fisis:
a. Berbanding lurus dengan volume
mula-mula zat
b. Berbanding lurus dengan perubahan
suhu zat
c. Bergantung dari jenis bahan (Murni,
2004).
2.4
Menentukan
Koefisien
Ekspansi Linier
Efek-efek
yang biasa terjadi akibat perubahan temperatur adalah perubahan ukuran dan
perubahan keadaan bahan. Perubahan dimensi linier dari suatu objek, seperti panjang,
lebar, atau tebalnya karena adanya kenaikan temperatur 1°C dinamakan koefisien
ekspansi thermal linier atau koefisien ekspansi linier. Jika suatu objek
memiliki panjang linier L pada temperatur T, maka perubahan panjang yang
berasal dari suatu perubahan temperatur ∆T adalah ∆L yang dapat dituliskan
sebagai [1]:
................................................................................................................
(1)
dengan
α, yang dinamakan koefisien ekspansi linier, mempunyai nilai yang berbeda-beda
untuk bahan-bahan yang berbeda. Dengan menuliskan kembali rumus ini maka kita
dapatkan:
.....................................................................................................................
(2)
sehingga
α mempunyai arti sebagai bagian perubahan panjang per derajat perubahan
temperatur. (Astuti, 2009).
2.5 Dial
Gauge Indicator
Dial Gauge
Indicator, alat ini digunakan untuk mengukur tingkat
distorsi sudut yang terbentuk dari hasil penyambungan dengan pengelasan proses Shielded
Metal Arc Welding (SMAW).
Dial Gauge/ Indicator.
Dial gauge atau ada yang menyebutnya dial indicator adalah alat ukur yang
digunakan untuk memeriksa penyimpangan yang sangat kecil dari bidang datar,
bidang silinder atau permukaan bulat dan kesejajaran. Pada dial indicator terdapat 2 skala. Yang pertama skala yang besar
(terdiri dari 100 strip) dan skala yang lebih kecil. Pada skala yang besar tiap
stripnya bernilai 0,01 mm. jadi ketika jarum panjang berputar 1 kali penuh maka
menunjukkan pengukuran tersebut sejauh 1 mm. sedangkan skala yang kecil
merupakan penghitung putaran dari jarum panjang pada skala yang besar. Adapun
metode pengukuran yang digunakan pada pengujian ini adalah benda kerja yang
digerakkan, dial indikator tetap pada posisi diam (Haryono dkk, 2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar